Negara-negara Arab hingga saat ini masih tetap tidak mau menyerang negara Israel, meskipun Israel melakukan kekejaman yang luar biasa kepada rakyat Palestina. Sebut saja negara yang berada di kanan kiri Palestina seperti Turki, Arab Saudi, Mesir, mereka tidak pernah berani melanggar kedaulatan (baca: perang) terhadap negeri yahudi ini. Apa yang dilakukan negara-negara arab? Semua hanya bisa mengecam tanpa bisa berbuat apa-apa. Lihat saja Mesir, di saat penduduk Palestina hendak menyelamatkan diri melalui perbatasan Mesir-Gaza, malah aparat keamanan Mesir dengan pasukan anti huru-haranya menghalau mereka dan menutup perbatasan.
Apa
sebabnya?
Yang
pertama dan menjadi sebab utama, adalah dikarenakan kekhawatiran jika sekutu
Israel yakni Amerika marah terhadap negaranya. Mereka meyakini bahwa jika
Amerika marah terhadap negaranya, maka negara mereka akan diboikot, diinvansi,
atau bahkan diserang dengan nuklir, yang mana itu semua mengancam keselamatan
diri mereka.
Coba
kita buka pikiran kita. Kenapa Tank-tank Israel bisa berjalan, pesawat-pesawat
tempur Israel bisa terbang, dan roket-roket Israel bisa meluncur? Itu karena
minyak dari negara-negara Arab. Tanpa minyak, tank, pesawat tempur, dan roket
Israel takkan bisa berjalan. Israel tidak punya ladang minyak. AS justru
kekurangan minyak. Ada pun Arab Saudi, Mesir, Irak, dan negara-negara arab
lainnya adalah eksportir minyak dan gas alam terbesar ke Israel. Tanpa minyak
dari negara arab, Israel tak akan mampu membantai ummat Islam di Palestina.
Padahal Tahun 1970-an negara-negara Arab bisa membuat AS dan Israel mundur
dengan embargo minyak. Namun kini, negara-negara Arab dipimpin oleh mereka yang
pro atau takut dengan kebijakan Amerika, tak berani melakukan apapun yang dapat
merugikan Israel. Bahkan Palestina mengalami krisis energi dan minyak selama
berpuluh-puluh tahun, tak seorangpun dari negara tersebut yang berani
menyalurkan minyaknya ke Gaza.
Jalur
Pipa Minyak Negara Arab Menuju Israel
Turki,
jalur utama pasokan Energi ke Israel, Mediterranean Pipeline Project
(Medstream), membawa air, gas alam, minyak, listrik dan fiberobtik.
Yang
kedua, adalah terpecah belahnya kaum muslimin oleh perjanjian Sykes Pycot.
Padahal dalam surat Ali ‘Imran ayat 103 Allah melarang ummat Islam
bercerai-berai. Saat ini ummat Islam di seluruh dunia terkotak-kotak dalam
banyak negara yang tidak jarang satu sama lain saling bermusuhan bahkan perang
seperti Iraq, Kuwait, Arab Saudi, Mesir, dan sebagainya.
Padahal
ketika ummat Islam bersatu, ummat Islam mampu mengalahkan musuhnya dengan
mudah. Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ummat Islam mampu menghalau kaum Yahudi
serta menundukkan kerajaan Romawi dan Persia. Pada zaman Sultan Salahuddin Al
‘Ayubi, ummat Islam mampu mengalahkan negara-negara Eropa yang bersatu dalam
perang merebut Yerusalem.
Negara-negara
Islam seperti Mesir, Turki, dan Yordania selain berasaskan sekuler ciptaan
Yahudi juga membina hubungan diplomatik dengan Israel. Selama puluhan tahun
Presiden Mesir, dari Hosni Mobarak hingga Al Sisi, bahkan menutup perbatasan
Gaza-Mesir sehingga rakyat Palestina tidak bisa melarikan diri ke sana. Makanan
dan obat-obatan pun tidak bisa masuk hingga sebagian rakyat Gaza ada yang sampai
memakan rumput karena lapar.
Dengan
terpisah-pisahnya kaum muslimin dan mengakui batas-batas negara yang diciptakan
Sykes Pycot, membuat umat muslim antar negara jadi tidak punya rasa
persaudaraan Islam. Kaum muslimin bahkan diberi hambatan jika ingin membantu
saudara-saudara mereka, seperti peraturan paspor, visa, ekspor impor, bahkan
sampai keluar larangan untuk berjihad. Bahkan yang paling parah adalah syubhat,
yakni “lebih baik membantu dengan harta, obat-obatan, makanan, diplomasi,
negosiasi” daripada mengerahkan aksi militer. Dimana itu semua telah dilakukan
sejak 40 tahun, dan tidak pernah berhasil mengatasi kelaparan, krisis minyak,
dan membebaskan palestina.
Kaum
muslimin disana tidak memiliki tentara, pesawat tempur, dan tank-tank. Yang
memiliki itu semua adalah negara, bukan individu. Yang mana mereka (tentara,
tank, pesawat tempur) hanya bergerak sesuai instruksi negara. Lalu apa jadinya
jika negara-negara arab tersebut disetting sedemikian rupa, agar tunduk
terhadap PBB yang diciptakan Yahudi, melalaikan kaum muslimin dengan
hiburan-hiburan dan kesibukan duniawi, mengganti ukhuwah islamiyah dengan
nasionalisme, dan pemimpin-pemimpin Arab yang pro palestina dikudeta. Maka
Israel akan terus berjaya, dan setiap tahun kita hanya bisa menonton Gaza yang
dibombardir, setiap tahun kita hanya bisa menggalang dana dan demonstrasi di
jalan-jalan.
Maka
benarlah perkataan para mujahidin, “Palestina tidak akan pernah bebas, selama
negara-negara arab belum ditaklukkan” dan benarlah perkataan sang Al Haq, Rasulullah
saat bernubuat.. “sesungguhnya kalian akan memerangi jazirah arab (terlebih
dahulu)…………”, kita butuh sebuah umat, sebuah kepemimpinan, yang berani untuk
tidak mengakui perjanjian sykes pycot, yang berani untuk melawan jazirah arab,
yang berani untuk tidak bernegosiasi dengan kafir Amerika, yang berani
melakukan itu semua tanpa takut ancaman nuklir, boikot, dan lain sebagainya,
dan hanya takut kepada Allah. Adakah yang seperti itu?
Comments
Post a Comment