Rasulullah
saw. Bersabda : Sesungguhnya diantara ummatku ada orang-orang yang
membaca Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka membunuh orang
Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar dari Islam secepat
anak panah melesat dari busurnya. Sungguh, jika aku mendapati mereka, pasti aku
akan bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum Aad. (Shahih Muslim No.1762)
Satu dari
ciri kaum Khawarij menurut Nabi Muhammad adalah mereka membaca Al Qur’an dan
Hadits, namun tidak diamalkan. Ucapannya tidak melampaui kerongkongan mereka.
Hanya di mulut saja. Al Qur’an dan Hadits tak sampai ke otak mereka, Tidak
dipahami. Karena taqlid pada Syekh mereka, penafsirannya bertentangan dengan
Jumhur Ulama. Akibatnya selain mencaci sesama Muslim dengan kata-kata yang
menyakitkan seperti Ahli Bid’ah, Kuburiyyun (Penyembah Kuburan), Musyrik,
Sesat, Kafir, dsb, saat kuat, mereka membunuh sesama Muslim. Khalifah Ali
adalah korban pembunuhan Khawarij yang pertama karena menurut kaum Khawarij Ali
sudah sesat/kafir.
Ini karena
usia mereka masih muda. Lemah akal. Banyak yang dari kecil hingga SMA tidak
pernah belajar agama Islam di pengajian atau masjid, tahu-tahu di universitas
belajar Islam dari kelompok yang ekstrim. Akibatnya saat aliran itu sesat,
mereka keluar dari Islam meski mereka merasa berpegang kepada Al Qur’an dan
Sunnah, Hadis riwayat Ali ra. ia berkata : Aku mendengar Rasulullah saw.
bersabda: Di akhir zaman akan muncul kaum yang muda usia dan lemah
akal. Mereka berbicara dengan pembicaraan yang seolah-olah berasal dari
manusia yang terbaik. Mereka membaca Alquran, tetapi tidak melampaui
tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama, secepat anak panah meluncur dari
busur. Apabila kalian bertemu dengan mereka, maka bunuhlah mereka, karena
membunuh mereka berpahala di sisi Allah pada hari kiamat.
(Shahih Muslim No.1771)
سيخرج في آخر الزمان
قوم أحدث الأسنان سفهاء الأحلام
“Akan
keluar di akhir zaman suatu kaum yang usia mereka masih muda, dan bodoh, mereka
mengatakan sebaik‑baiknya perkataan manusia, membaca Al Qur’an tidak sampai
kecuali pada kerongkongan mereka. Mereka keluar dari din (agama Islam)
sebagaimana anak panah keluar dan busurnya.”
(HR.
Bukhari dan Muslim)
يخرج قوم من أمتي
يقرئون القرآن يحسبون لهم وهو عليهم لاتجاوز صلاتهم تراقيهم
“Suatu
kaum dari umatku akan keluar membaca Al Qur’an, mereka mengira bacaan Al-Qur’an
itu menolong dirinya padahal justru membahayakan dirinya. Shalat mereka tidak
sampai kecuali pada kerongkongan mereka.” (HR. Muslim)
يحسنون القيل ويسيئون
الفعل يدعون إلى كتاب الله وليسوا منه في شيء
“Mereka
baik dalam berkata tapi jelek dalam berbuat, mengajak untuk mengamalkan kitab
Allah padahal mereka tidak menjalankannya sedikitpun.” (HR. Al-Hakim)
Berbagai
ayat Al Qur’an dan Hadits mereka pakai, namun kesimpulan lain yang mereka dapat
dan amalkan. Berbagai larangan Allah dalam Al Qur’an seperti Su’u Zhon (Buruk
Sangka), Mengolok-olok sesama, Mengkafirkan sesama Muslim, dan membunuh sesama
Muslim. Berbagai caci-maki terhadap sesama Muslim seperti Ahlul Bid’ah, Sesat,
Kafir dan sebagainya terlontar dari mulut mereka.
Kaum
Khawarij ini merasa paling benar. Bahkan Khawarij pertama merasa lebih benar
dari Nabi sehingga menuduh Nabi tidak adil. Khawarij masa kini menuduh Jumhur
Ulama yang merupakan Pewaris Nabi sebagai tidak adil. Contohnya ada Khawarij
bilang sejumlah ulama besar adalah sesat atau pembela aliran sesat,
Hadis
riwayat Abu Said Al-Khudri ra., ia berkata: Ali ra. yang sedang berada di
Yaman, mengirimkan emas yang masih dalam bijinya kepada Rasulullah saw.,
kemudian Rasulullah saw. membagikannya kepada beberapa orang, Aqra` bin Habis
Al-Hanzhali, Uyainah bin Badr Al-Fazari, Alqamah bin Ulatsah Al-Amiri, seorang
dari Bani Kilab, Zaidul Khair At-Thaiy, seorang dari Bani Nabhan. Orang-orang
Quraisy marah dan berkata: Apakah baginda memberi para pemimpin Najed, dan
tidak memberikan kepada kami? Rasulullah saw. bersabda: Aku melakukan itu
adalah untuk mengikat hati mereka. Kemudian datang seorang lelaki yang
berjenggot lebat, kedua tulang pipinya menonjol, kedua matanya cekung, jidatnya
jenong dan kepalanya botak. Ia berkata: Takutlah kepada Allah, ya Muhammad!
Rasulullah saw. bersabda: Siapa lagi yang taat kepada Allah jika aku
mendurhakai-Nya? Apakah Dia mempercayai aku atas penduduk bumi, sedangkan kamu
tidak mempercayai aku? Lalu laki-laki itu pergi. Seseorang di antara para
sahabat minta izin untuk membunuh laki-laki itu (diriwayatkan bahwa orang yang
ingin membunuh itu adalah Khalid bin Walid), tetapi Rasulullah saw.
bersabda: Sesungguhnya diantara bangsaku ada orang-orang yang membaca
Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka membunuh orang Islam
dan membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar dari Islam secepat anak
panah melesat dari busurnya. Sungguh, jika aku mendapati mereka, pasti aku akan
bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum Aad. (Shahih Muslim No.1762)
Hadis
riwayat Jabir bin Abdullah ra., ia berkata: Seseorang datang kepada
Rasulullah saw. di Ji`ranah sepulang dari perang Hunain. Pada pakaian Bilal
terdapat perak. Dan Rasulullah saw. mengambilnya untuk diberikan kepada
manusia. Orang yang datang itu berkata : Hai Muhammad, berlaku adillah! Beliau
bersabda: Celaka engkau! Siapa lagi yang bertindak adil, bila aku tidak adil?
Engkau pasti akan rugi, jika aku tidak adil. Umar bin Khathab ra. berkata:
Biarkan aku membunuh orang munafik ini, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Aku berlindung
kepada Allah dari pembicaraan orang bahwa aku membunuh sahabatku sendiri.
Sesungguhnya orang ini dan teman-temannya memang membaca Alquran, tetapi tidak
melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah
melesat dari busurnya. (Shahih Muslim No.1761)
Ciri
Khawarij ini adalah gemar membaca Al Qur’an, mengaku pembela Islam, namun tidak
mengamalkannya. Dia datangi ummat Islam dgn pedang sambil menuduh ummat Islam
melakukan kesyirikan. Padahal Syirik menurut pemahaman Nabi adalah menyembah
berhala. Yang dilakukan Nabi adalah menghancurkan berhala. Bukan membunuh
orang-orang yang dituduh Musyrik:
إِنَّ أَخْوَفَ مَا
أَخَافُ عَلَيْكُمْ رَجُلٌ قَرَأَ الْقُرْآنَ حَتَّى إِذَا رُئِيَتْ بَهْجَتُهُ
عَلَيْهِ، وَكَانَ رِدْئًا لِلْإِسْلَامِ، انْسَلَخَ مِنْهُ وَنَبَذَهُ وَرَاءَ
ظَهْرِهِ، وَسَعَى عَلَى جَارِهِ بِالسَّيْفِ، وَرَمَاهُ بِالشِّرْكِ»، قَالَ:
قُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، أَيُّهُمَا أَوْلَى بِالشِّرْكِ، الْمَرْمِيُّ أَمِ
الرَّامِي؟ قَالَ: )بَلِ الرَّامِي(
“Sesungguhnya
yang paling aku khawatirkan atas kamu adalah seseorang yang telah membaca
(menghafal) al-Qur’ân, sehingga ketika telah tampak kebagusannya terhadap
al-Qur’ân dan dia menjadi pembela Islam, dia terlepas dari al-Qur’ân,
membuangnya di belakang punggungnya, dan menyerang tetangganya dengan pedang
dan menuduhnya musyrik”. Aku (Hudzaifah) bertanya, “Wahai nabi Allâh, siapakah
yang lebih pantas disebut musyrik, penuduh atau yang dituduh?”. Beliau
menjawab, “Penuduhnya”. (HR. Bukhâri dalam at-Târîkh, Abu Ya’la, Ibnu Hibbân
dan al-Bazzâr. Disahihkan oleh Albani dalam ash-Shahîhah, no. 3201).
Kafirnya
Khawarij bukan karena aqidahnya sesat atau karena ibadahnya penuh bid’ah.
Aqidah dan ibadahnya bersih. Namun sikap mereka yang mengkafirkan Muslim lain
itulah yang mengakibatkan mereka jadi kafir. Keluar dari Islam. Khawarij
artinya orang-orang yang keluar (dari Islam).
يَخْرُجُ قَوْمٌ مِنْ
أُمَّتِي يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَيْسَتْ قِرَاءَتُكُمْ إِلَى قِرَاءَتِهِمْ
شَيْئًا وَلَا صَلَاتُكُمْ إِلَى صَلَاتِهِمْ شَيْئًا وَلَا صِيَامُكُمْ إِلَى
صِيَامِهِمْ شَيْئًا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ يَحْسِبُونَ أَنَّهُ لَهُمْ وَهُوَ
عَلَيْهِمْ لَا تُجَاوِزُ صَلَاتُهُمْ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْ
الْإِسْلَامِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ
“Akan
keluar suatu kaum dari umatku, mereka membaca Alquran, bacaan kamu dibandingkan
dengan bacaan mereka tidak ada apa-apanya, demikian pula shalat dan puasa kamu
dibandingkan dengan shalat dan puasa mereka tidak ada apa-apanya. Mereka
membaca Alquran dan mengiranya sebagai pembela mereka, padahal ia adalah hujjah
yang menghancurkan alasan mereka. Shalat mereka tidak sampai ke tenggorokan,
mereka lepas dari Islam sebagaimana melesatnya anak panah dari busurnya.” (HR.
Abu Dawud)
Bahkan
merekapun membawakan hadis-hadis Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam, namun
dipahami dengan pemahaman yang tidak benar, sabda Nabi,
يَأْتِي فِي آخِرِ
الزَّمَانِ قَوْمٌ حُدَثَاءُ الْأَسْنَانِ سُفَهَاءُ الْأَحْلَامِ يَقُولُونَ مِنْ
خَيْرِ قَوْلِ الْبَرِيَّةِ يَمْرُقُونَ مِنْ الْإِسْلَامِ كَمَا يَمْرُقُ
السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ لَا يُجَاوِزُ إِيمَانُهُمْ حَنَاجِرَهُمْ
“Akan ada
di akhir zaman suatu kaum yang usianya muda, dan pemahamannya dangkal, mereka
mengucapkan perkataan manusia yang paling baik (Rasulullah), mereka lepas dari
Islam sebagaimana lepasnya anak panah dari busurnya, iman mereka tidak sampai
ke tenggorokan..” (HR Bukhari)
Pemikiran takfiri (mudah
mengkafirkan) adalah pemikiran yang ditakutkan oleh Nabi shalallahu
‘alaihi wa sallam untuk menimpa umatnya, karena ia berakibat yang tidak
bagus dan merugikan Islam dan kaum muslimin bahkan merusak citra Islam dan
mengotori keindahannya. Oleh karena itu, Nabi shalallahu ‘alaihi wa
sallam mengecam keras Khawarij dalam hadis-hadisnya, Abu Ghalib berkata,
رَأَى أَبُو
أُمَامَةَ رُءُوسًا مَنْصُوبَةً عَلَى دَرَجِ مَسْجِدِ دِمَشْقَ فَقَالَ أَبُو
أُمَامَةَ كِلَابُ النَّارِ شَرُّ قَتْلَى تَحْتَ أَدِيمِ السَّمَاءِ خَيْرُ
قَتْلَى مَنْ قَتَلُوهُ ثُمَّ قَرَأَ { يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ
وُجُوهٌ } إِلَى آخِرِ الْآيَةِ
قُلْتُ لِأَبِي
أُمَامَةَ أَنْتَ سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ لَوْ لَمْ أَسْمَعْهُ إِلَّا مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ أَوْ
ثَلَاثًا أَوْ أَرْبَعًا حَتَّى عَدَّ سَبْعًا مَا حَدَّثْتُكُمُوهُ.
“Abu Umamah melihat kepala-kepala (kaum
Khawarij) yang dipancangkan di jalan Masjid Damaskus, Abu Umamah berkata,
“Anjing-anjing neraka, seburuk-buruknya orang yang terbunuh di kolong langit,
dan sebaik-baiknya yang dibunuh adalah orang yang dibunuh oleh mereka
(Khawarij), kemudian beliau membaca Ayat, “Pada hari wajah-wajah menjadi putih
dan wajah-wajah lain menjadi hitam..” Sampai akhir ayat.
Aku
berkata kepada Abu Umamah, “Engkau mendengarnya dari Rasulullah shalalahu
‘alaihi wa sallam?” Beliau menjawab, “Aku mendengarnya sekali, dua kali, tiga
kali, empat kali sampai tujuh kali. Bila aku tidak mendengarnya, aku tidak akan
menyampaikannya kepada kamu.” (HR. At Tirmidzi).
Tempat kaum
Khawarij berasal. Nabi menunjuk ke arah Timur: Hadist riwayat Sahal bin Hunaif
ra.:
Dari Yusair bin Amru, ia berkata: Saya berkata kepada Sahal: Apakah engkau
pernah mendengar Nabi saw. menyebut-nyebut Khawarij? Sahal menjawab: Aku
mendengarnya, ia menunjuk dengan tangannya ke arah Timur, mereka adalah kaum
yang membaca Alquran dengan lisan mereka, tetapi tidak melampaui tenggorokan
mereka. Mereka keluar dari agama secepat anak panah melesat dari busurnya.
(Shahih Muslim No.1776)
Saat
mengatakan itu, Nabi berada di Madinah, Hijaz. Ada pun di timur Madinah/Hijaz
adalah Najd, tempat lahirnya Muhammad bin Abdul Wahhab. Ibnu Umar berkata, “Nabi
berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata,
Terhadap Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah Syam dan Yaman kami.’
Mereka berkata, ‘Dan Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada
negeri Syam. Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Yaman.’ Maka, saya mengira
beliau bersabda pada kali yang ketiga, ‘Di sana terdapat
kegoncangan-kegoncangan (gempa bumi), fitnah-fitnah, dan di sana pula munculnya
tanduk setan.’” [HR Bukhari]
Khawarij ini dengan dalih memurnikan Islam, menghidupkan
Sunnah, dsb ternyata malah memecah belah Islam. Tetaplah dalam Jama’ah /
kelompok terbesar Islam. Jangan mengikuti firqoh mereka,
Dari Anas berkata : Ada seorang lelaki pada zaman
Rasulullah berperang bersama Rasulullah dan apabila kembali (dari peperangan)
segera turun dari kenderaannya dan berjalan menuju masjid nabi melakukan shalat
dalam waktu yang lama sehingga kami semua terpesona dengan shalatnya sebab kami
merasa shalatnya tersebut melebihi shalat kami, dan dalam riwayat lain
disebutkan kami para sahabat merasa ta’ajub dengan ibadahnya dan kesungguhannya
dalam ibadah, maka kami ceritakan dan sebutkan namanya kepada Rasulullah,
tetapi rasulullah tidak mengetahuinya, dan kami sifatkan dengan sifat-sifatnya,
Rasulullah juga tidak mengetahuinya, dan tatkala kami sednag menceritakannya
lelaki itu muncul dan kami berkata kepada Rasulullah: Inilah orangnya ya
Rasulullah. Rasulullah bersabda : ”Sesungguhnya kamu menceritakan kepadaku
seseorang yang diwajahnya ada tanduk syetan. Maka datanglah orang tadi berdiri
di hadapan sahabat tanpa memberi salam. Kemudian Rasulullah bertanya kepada
orang tersebut : ” Aku bertanya kepadamu, apakah engkau merasa bahwa tidak ada
orang yang lebih baik daripadamu sewaktu engkau berada dalam suatu majlis. ”
Orang itu menjawab: Benar”. Kemudian dia segera masuk ke dalam masjid dan
melakukan shalat dan dalam riwayat kemudian dia menuju tepi masjid melakukan
shalat, maka berkata Rasulullah: ”Siapakah yang akan dapat membunuh orang
tersebut ? ”. Abubakar segera berdiri menuju kepada orang tersebut, dan tak
lama kembali. Rasul bertanya : Sudahkah engkau bunuh orang tersebut? Abubakar
menjawab : ”Saya tidak dapat membunuhnya sebab dia sedang bersujud ”. Rasul
bertanya lagi : ”Siapakah yang akan membunuhnya lagi? ”. Umar bin Khattab
berdiri menuju orang tersebut dan tak lama kembali lagi. Rasul berkata:
”Sudahkah engkau membunuhnya ? Umar menjawab: ”Bagaimana mungkin saya
membunuhnya sedangkan dia sedang sujud”. Rasul berkata lagi ; Siapa yang dapat
membunuhnya ?”. Ali segera berdiri menuju ke tempat orang tersebut, tetapi
orang terebut sudah tidak ada ditempat shalatnya, dan dia kembali ke tempat
nabi. Rasul bertanya: Sudahkah engkau membunuhnya ? Ali menjawab: ”Saya tidak
menjumpainya di tempat shalat dan tidak tahu dimana dia berada. ” Rasulullah
saw melanjutkan: ”Sesungungguhnya ini adalah tanduk pertama yang keluar dari
umatku, seandainya engkau membunuhnya, maka tidaklah umatku akan berpecah.
Sesungguhnya Bani Israel berpecah menjadi 71 kelompok, dan umat ini akan
terpecah menjadi 72 kelompok, seluruhnya di dalam neraka kecuali satu kelompok
”. Sahabat bertanya : ” Wahai nabi Allah, kelompk manakah yang satu itu?
Rasulullah menjawab : ”Al Jamaah”. (Musnad Abu Ya’la/ 4127, Majma’
Zawaid/6-229).
Rasulullah
saw bersabda: ”Nanti pada akhir zaman akan muncul kaum mereka membaca Al-Quran
ttetapi tidak melebihi kerongkongan, merka memecah Islam sebagaimana keluarnya
anak panah dari busurnya, dan mereka akan terus bermunculan sehingga keluar
yang terakhir daripada mereka bersama Dajjal, maka jika kamu berjumpa dengan
mereka, maka perangilah sebab mereka itu seburuk-buruk makhluk dan
seburuk-buruk khalifah. ” ( Sunan Nasai/4108, Sunan Ahmad/19783 )
Kelompok
Khawarij ini tak segan-segan menista ummat Islam yang berbeda pendapat dengan
mereka dengan berbagai sebutan yang mereka sendiri tidak suka. Padahal itu
dilarang oleh Allah SWT: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan
orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan
itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah
suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung
ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan
barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena
sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang
dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima
Taubat lagi Maha Penyayang.” [Al Hujuraat 11-12]
“Mencela
sesama muslim adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kekufuran” (Bukhari
no.46,48, muslim no. .64,97, Tirmidzi no.1906,2558, Nasa’I no.4036, 4037, Ibnu
Majah no.68, Ahmad no.3465,3708)
Ayat Al
Qur’an dan hadits di atas sering mereka ucapkan. Namun sering pula mereka
langgar sehingga mereka mengumpat dan bersangka buruk terhadap sesama Muslim. Jika
diingatkan dengan enteng mereka berdalih: “Ah mereka bukan Muslim!”
Tidak pantas
bagi seorang Muslim untuk mudah menganggap sesat atau mengkafirkan sesama
Muslim yang masih sholat dan mengucapkan 2 kalimat syahadah. Jika begitu, maka
mereka itu lemah imannya atau mungkin justru tidak punya iman, Tiga perkara
berasal dari iman: (1) Tidak mengkafirkan orang yang mengucapkan “Laailaaha
illallah” karena suatu dosa yang dilakukannya atau mengeluarkannya dari Islam
karena sesuatu perbuatan; (2) Jihad akan terus berlangsung semenjak Allah
mengutusku sampai pada saat yang terakhir dari umat ini memerangi Dajjal tidak
dapat dirubah oleh kezaliman seorang zalim atau keadilan seorang yang adil; (3)
Beriman kepada takdir-takdir. (HR. Abu Dawud)
Jangan
mengkafirkan orang yang shalat karena perbuatan dosanya meskipun (pada
kenyataannya) mereka melakukan dosa besar. Shalatlah di belakang tiap imam
dan berjihadlah bersama tiap penguasa. (HR. Ath-Thabrani)
Di saat
Usamah, sahabat Rasulullah saw, membunuh orang yang sedang mengucapkan, “Laa
ilaaha illallaah, ” Nabi menyalahkannya dengan sabdanya, “Engkau bunuh dia,
setelah dia mengucapkan Laa ilaaha illallaah.” Usamah lalu berkata, “Dia
mengucapkan Laa ilaaha illallaah karena takut mati.” Kemudian Rasulullah saw.
bersabda, “Apakah kamu mengetahui isi hatinya?” [HR Bukhari dan Muslim]
Lihat hadits
di atas saat Usamah berkilah: “Ah dia berpura2″ Ah dia taqiyah! Ah dia berbohong.
Tidak pantas kita berdalih seperti itu karena kita manusia tidak tahu isi hati
mereka. Kita hanya bisa menilai zahir lisan, tulisan, dan perbuatan mereka. Meski
mengkafirkan sesama Muslim itu resikonya sangat berat, kaum Khawarij selalu
menemukan cara untuk itu.
Dari Abu
Zar r.a. bahwasanya ia mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa yang
memanggil orang lain dengan sebutan kekafiran atau berkata bahwa orang itu
musuh Allah, padahal yang dikatakan sedemikian itu sebenarnya tidak, melainkan
kekafiran itu kembalilah pada dirinya sendiri.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Ibnu
Umar radhiallahu ‘anhuma, katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Apabila ada
seseorang berkata kepada saudaranya -sesama Muslimnya-: “Hai orang kafir,” maka
salah seorang dari keduanya -yakni yang berkata atau dikatakan- kembali dengan
membawa kekafiran itu. Jikalau yang dikatakan itu benar-benar sebagaimana yang
orang itu mengucapkan, maka dalam orang itulah adanya kekafiran, tetapi jikalau
tidak, maka kekafiran itu kembali kepada orang yang mengucapkannya sendiri.”
(Muttafaq ‘alaih)
Mereka gemar
berdusta dan mengadu-domba sesama Muslim meski tahu dosanya amat besar:
Allah Ta’ala
berfirman: “Jangan pula engkau mematuhi orang yang suka mencela, berjalan
membuat adu domba.” (al-Qalam: 11)
Dari
Hudzaifah r.a. katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidak dapat masuk syurga
seorang yang gemar mengadu domba.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Ibnu
Abbas radhiallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. berjalan melalui dua
buah kubur, lalu bersabda: “Sesungguhnya kedua orang yang mati ini disiksa,
tetapi tidaklah mereka disiksa karena kesalahan besar. Ya, tetapi sebenarnya
besar juga -bila dilakukan secara terus menerus-. Adapun yang seorang diantara
keduanya itu dahulunya -ketika di dunia- suka berjalan dengan melakukan adu domba,
sedang yang lainnya, maka ia tidak suka menghabiskan sama sekali dari
kencingnya -yakni di waktu kencing kurang memperdulikan kebersihan serta
kesucian dari najis-.” Muttafaq ‘alaih. Ini adalah lafaz dari salah satu
riwayat Imam Bukhari. Para ulama berkata bahwa maknanya: “Tidaklah mereka itu
disiksa karena melakukan kesalahan yang besar,” yakni bukan kesalahan besar
menurut anggapan kedua orang tersebut. Ada yang mengatakan bahwa itu merupakan
hal besar -berat- baginya untuk meninggalkannya.
Dari Ibnu
Mas’ud r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: “Tahukah engkau semua, apakah
kedustaan besar itu? Yaitu Namimah atau banyak bicara adu domba antara para
manusia.” (Riwayat Muslim)
Al’adhha dengan fathahnya ‘ain muhmalah dan
sukunnya dhad mu’jamah dan dengan ha’ menurut wazan Alwajhu. Ada yang
mengatakan Al’idhatu dengan kasrahnya ‘ain dan fathahnya dhad mu’jamah menurut
wazan Al’idatu, artinya ialah kedustaan serta kebohongan besar. Menurut riwayat
pertama, maka al’adhhu adalah mashdar, dikatakan: ‘adhahahu ‘adhhan artinya
melemparnya dengan kedustaan atau pengadu-dombaan. Meski Allah dan RasulNya
memerintahkan ummat Islam bersatu, namun kaum Khawarij ini meski sering
mengutip ayat dan hadits tentang itu selalu memecah-belah persatuan ummat Islam
dengan berbagai dalih. Mereka merasa hanya merekalah yang benar. Yang lain
sesat atau kafir: “Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka
menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada
pada golongan mereka.” [Ar Ruum:32]
Mereka gemar
berbantah-bantahan panjang lebar hanya untuk menimbulkan fitnah dan melemahkan
kekuatan Islam.
“Dan
taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” [Al Anfaal 46]
Sebaliknya
meski mengaku ingin berpegang pada sunnah, namun dengan bersahabat dengan kaum
Yahudi dan Nasrani dan menganggap kaum tersebut lebih baik daripada sesama
Muslim, mereka ingkar Al Qur’an. Ingkar kepada Allah.
Orang-orang
yang beriman tidak akan mengambil kaum Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin:
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan
Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi
sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi
pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. [Al Maa-idah 51]
Hanya orang
munafik yang dekat dengan kaum Yahudi dan Nasrani yang saat ini tengah memusuhi
Islam dan membantai ummat Islam:
“Maka
kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang
munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: “Kami
takut akan mendapat bencana.” Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan
(kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu,
mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.”
[Al Maa-idah 52]
Kita mungkin
terkagum-kagum pada ayat-ayat Al Qur’an dan Hadits-hadits Nabi yang dibawakan
oleh kaum Khawarij tersebut, namun itu semua tidak mereka amalkan. Bahkan
mereka injak-injak. Mereka bersikap keras dan zalim terhadap sesama Islam dan
justru lemah-lembut terhadap orang-orang kafir harbi. Kaum
Khawarij ini seperti kaum Yahudi yang akan dilempar masuk neraka karena hanya
bicara tanpa melakukan apa yang dia ucapkan:
“Mengapa
kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri
(kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah
kamu berpikir?” [Al Baqarah 44]
Pada hari
kiamat seorang dihadapkan dan dilempar ke neraka. Orang-orang bertanya, “Hai
Fulan, mengapa kamu masuk neraka sedang kamu dahulu adalah orang yang menyuruh
berbuat ma’ruf dan mencegah perbuatan mungkar?” Orang tersebut menjawab, “Ya
benar, dahulu aku menyuruh berbuat ma’ruf, sedang aku sendiri tidak
melakukannya. Aku mencegah orang lain berbuat mungkar sedang aku sendiri
melakukannya.” (HR. Muslim)
Kaum Khawarij
ini berpendapat hanya ada 1 kebenaran, yaitu pendapat mereka dan memaksakan
kehendaknya kepada yang lain. Padahal dalam Islam itu ada dikenal Khilafiyah
atau beda pendapat. Oleh karena itulah ada 4 Madzhab: Hanafi, Maliki, Syafi’ie,
dan Hambali. Semua madzhab itu benar. Tidak ada yang salah. Dan Imam Malik juga
menolak saat Sultan Harun Al Rasyid meminta agar Madzhab Maliki dipakai sebagai
satu-satunya Madzhab di negara Islam. Beliau khawatir nanti di tempat lain yang
memakai madzhab lain bisa berontak.
Di zaman
Nabi pun para sahabat biasa berbeda pendapat: Umar bin Khattab berkata: “Aku
mendengar Hisyam bin Hakim membaca surat Al-Furqan di masa hidupya Rasulullah
SAW, aku mendengar bacaannya, tiba-tiba ia membacanya dengan beberapa huruf
yang belum pernah Rasulullah SAW membacakannya kepadaku sehingga aku hampir
beranjak dari shalat, kemudian aku menunggunya sampai salam. Setelah ia salam
aku menarik sorbannya dan bertanya: “Siapa yang membacakan surat ini
kepadamu?”. Ia menjawab: “Rasulullah SAW yang membacakannya kepadaku”, aku
menyela: “Dusta kau, Demi Allah sesungguhnya Rasulullah SAW telah membacakan
surat yang telah kudengar dari yang kau baca ini”.
Setelah
itu aku pergi membawa dia menghadap Rasulullah SAW lalu aku bertanya: “Wahai
Rasulullah aku telah mendengar lelaki ini, ia membaca surat Al-Furqan dengan
beberapa huruf yang belum pernah engkau bacakan kepadaku, sedangkan engkau
sendiri telah membacakan surat Al-Furqan ini kepadaku”. Rasulullah SAW
menjawab: “Hai Umar! lepaskan dia. “Bacalah Hisyam!”. Kemudian ia membacakan
bacaan yang tadi aku dengar ketika ia membacanya. Rasululllah SAW bersabda:
“Begitulah surat itu diturunkan” sambil menyambung sabdanya: “Bahwa Al-Qur’an
ini diturunkan atas tujuh huruf maka bacalah yang paling mudah!”.
Dalam satu
riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah SAW mendengarkan pula bacaan sahabat
Umar r.a. kemudian beliau bersabda: “Begitulah bacaan itu diturunkan”. Saat
berbeda pun dalam berpuasa di perjalanan para sahabat tidak saling cela. Ada
yang berbuka, ada pula yang tetap berpuasa:
Anas bin
Maalik berkata: “Kami sedang bermusafir bersama dengan Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam semasa Ramadhan dan di kalangan kami ada yang berpuasa, ada
yang tidak berpuasa. Golongan yang berpuasa tidak menyalahkan orang yang tidak
berpuasa dan golongan yang tidak berpuasa tidak menyalahkan orang yang
berpuasa. [ hadist riwayat Bukhari and Muslim]
Dari situ
kita tahu bahwa kebenaran itu KADANG-KADANG tidak hanya satu. Bisa 2 bahkan 7
seperti cara membaca Al Qur’an di atas. Nabi membenarkan mereka semua dan tidak
mencela salah satu kelompok. Jika dipaksakan hanya satu meski yang lain tidak
suka, maka akan timbul perpecahan.
Ciri
Khawarij lainnya adalah akhlak yang buruk. Nabi dan ummat Islam yang baik
memiliki akhlak yang mulia. Penuh kasih sayang. Bukan kekejian, “Dan
tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam. ” [Al Anbiyaa’ 107]
Nabi
Muhammad itu diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia:
Sesungguhnya
aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR. Al Bazzaar)
Paling
dekat dengan aku kedudukannya pada hari kiamat adalah orang yang paling baik
akhlaknya dan sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap keluarganya.
(HR. Ar-Ridha)
Sebaliknya
orang yang akhlaknya rendah, keji, dan suka bermusuhan adalah orang yang
dibenci Allah:
Sesungguhnya
Allah membenci orang yang keji, yang berkata kotor dan membenci orang yang
meminta-minta dengan memaksa. (AR. Ath-Thahawi)
Orang
yang paling dibenci Allah ialah yang bermusuh-musuhan dengan keji dan kejam.
(HR. Bukhari)
Jadi jika
kita ikut pengajian, tapi gurunya akhlaknya buruk dan kita pun jadi kasar,
niscaya itu pengajian yang sesat. Kadang ada orang yang merasa
berjihad/mujahid, namun akhlaknya kasar dan sombong. Tidak punya adab. Ada yang
suka menghina sesama Muslim bahkan ulama. Seolah-olah dia yang mempunyai surga.
Padahal Nabi yang merupakan Mujahid Agung akhlaknya sangat sempurna. Imam
Thabari meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Ibnu Abbas radhiyallahu
‘anhuma bahwa ia menyebutkan tentang Khawarij dan apa yang ia dapati ketika
mereka membaca Al-Qur’an dengan perkataannya: “Mereka beriman dengan
yang muhkam dan binasa dalam ayat mutasyabih“. (Lihat Tafsir
Ath-Thabari, III/181).
Pemahaman
mereka yang keliru itu mengantarkan mereka menyelisihi Ijma’ Salaf dalam banyak
perkara, hal itu dikarenakan oleh kebodohan mereka dan kekaguman terhadap
pendapat mereka sendiri, serta tidak bertanya kepada Ahlu Dzikri dalam perkara
yang mereka samar atasnya.
Jadi itulah
beberapa ciri kaum Khawarij yang sebetulnya jika kita tidak taqlid dan membaca
Al Qur’an dan Hadits dengan cerdas, mereka itu meski dalihnya menghidupkan Sunnah,
pada dasarnya Ingkar Al Qur’an dan Ingkar Sunnah.
Keras
dan Kasar
Nabi shalallahu
‘alaihi wa sallam menyifati kaum Khawarij bahwa mereka adalah kaum yang
kasar lagi keras perangainya, beliau bersabda,
سَيَخْرُجُ مِنْ
أُمَّتِي أَقْوَامٌ أَشِدَّاءُ أَحِدَّاءُ ذَلِقَةٌ أَلْسِنَتُهُمْ بِالْقُرْآنِ
لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ أَلَا فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمْ فَأَنِيمُوهُمْ ثُمَّ
إِذَا رَأَيْتُمُوهُمْ فَأَنِيمُوهُمْ فَالْمَأْجُورُ قَاتِلُهُمْ
“Akan
keluar dari umatku beberapa kaum yang keras lagi kasar, lisan-lisan mereka
fasih membaca Alquran, namun tidak sampai ke tenggorokan mereka.” (HR. Ahmad
dan lainnya)
Nabi shalallahu
‘alaihi wa sallam menyifati bahwa mereka adalah kaum yang amat hebat
ibadahnya, beliau bersabda,
يَخْرُجُ قَوْمٌ مِنْ
أُمَّتِي يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَيْسَتْ قِرَاءَتُكُمْ إِلَى قِرَاءَتِهِمْ
شَيْئًا وَلَا صَلَاتُكُمْ إِلَى صَلَاتِهِمْ شَيْئًا وَلَا صِيَامُكُمْ إِلَى
صِيَامِهِمْ شَيْئًا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ يَحْسِبُونَ أَنَّهُ لَهُمْ وَهُوَ
عَلَيْهِمْ لَا تُجَاوِزُ صَلَاتُهُمْ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْ
الْإِسْلَامِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ
“Akan
keluar suatu kaum dari umatku, mereka membaca Alquran, bacaan kamu dibandingkan
dengan bacaan mereka tidak ada apa-apanya, demikian pula shalat dan puasa kamu
dibandingkan dengan shalat dan puasa mereka tidak ada apa-apanya. Mereka
mengira bahwa Alquran itu hujjah yang membela mereka, padahal ia adalah hujah
yang menghancurkan alasan mereka. Shalat mereka tidak sampai ke tenggorokan,
mereka lepas dari islam sebagaimana melesatnya anak panah dari buruannya.” (HR.
Abu Dawud)
Wallohu A’lam!
Comments
Post a Comment