Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2015

Ideologi Wahabi Picu Demam Atheis di Timur Tengah

Arab Saudi adalah pusat sejarah Islam dunia. Namun, akhir-akhir ini bermunculan orang-orang yang mengaku diri atheis, tidak percaya pada Tuhan dan juga tidak mau beragama. Trend ini adalah sebuah perubahan pola pikir dari sebagian kalangan masyarakat Arab. Kejadian ini mengejutkan, namun terkesan logis. Betapa pandangan tentang agama yang ekstrim dan sebaliknya sikap ekstrim kepada keberagaman agama bisa meningkatkan jumlah atheisme di kalangan para klerik dan orang-orang yang serius menekuni agama. Begitu mudah ungkapan mengkafirkan dari satu sekte dan golongan di Timur Tengah, bahkan di antara mereka terlibat konflik fisik yang menelan jiwa, pada akhirnya simptom begitu enteng dengan kata “kafir”, seolah bukan lagi menjadi hal penting dan berat. Dan dari kondisi macam ini, yang memicu munculnya demam atheisme. Desember lalu (2014), Dar Al Ifta, lembaga yang berbasis di Kairo membuat jajak pendapat jumlah atheis di Mesir yang jumlahnya ternyata tercatat 866 orang. Jajak penda

Pantaskah Membanggakan Syaikh Nasiruddin al-Albani?

Syaikh Nasiruddin al-Albani Layakkah Disebut Muhaddits?  Beberapa tahun belakangan banyak kitab, buku, artikel, atau postingan di internet yang memuat kalimat : “ disahihkan oleh Syaikh Al-Albani ”. Selama ini orang setidaknya hanya mengenal seperti : diriwayatkan oleh Syaikhon (Imam Bukhari dan Imam Muslim) atau diriwayatkan oleh Imam Bukhari, sahih Bukhari, sahih Muslim dan yang semisalnya dari Imam2 Muhaddits yang mu’tabar (kredibel). Dengan munculnya seorang yang dianggap sebagai ahli hadits abad ini, kini muncul istilah baru yang jadi icon dan ‘jaminan mutu’ , apabila sebuah hadits sudah dapat stempel : disahihkan oleh Al-Albani. Ada juga dari golongan Salafi ini berkata bahwa al-Albani sederajad dengan Imam Bukhori pada zamannya. Sehingga semua hadits bila telah dishohihkan atau dilemahkan dan sebagainya, oleh beliau ini, sudah pasti lebih mendekati kebenaran. Buat ulama-ulama madzhab sunnah selain madzhab Wahabi, julukan dan pujian golongan Wahabi/Salafi terhadap ulama mer

Tawassuth, Tawazun, I'tidal, dan Tasamuh

Ada tiga ciri utama ajaran Ahlussunnah wal Jamaah atau kita sebut dengan Aswaja yang selalu diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya: Pertama , at-tawassuth atau sikap tengah-tengah, sedang-sedang, tidak ekstrim kiri ataupun ekstrim kanan. Ini disarikan dari firman Allah SWT: وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطاً لِّتَكُونُواْ شُهَدَاء عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيداً Dan demikianlah kami jadikan kamu sekalian (umat Islam) umat pertengahan (adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) manusia umumnya dan supaya Allah SWT menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) kamu sekalian. (QS al-Baqarah: 143). Kedua  at-tawazun atau seimbang dalam segala hal, terrnasuk dalam penggunaan dalil 'aqli (dalil yang bersumber dari akal pikiran rasional) dan dalil naqli  (bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits). Firman Allah SWT: لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنزَلْنَا مَعَهُمُ ال

MENGAPA NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM MEMILIKI 9 ISTRI?

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam  menikah dengan sembilan wanita . Ada beberapa pelajaran yang dapat kita petik dari poligami beliau ini. Pertama, beliau tidak menikahi wanita-wanita yang masih gadis, padahal beliau mampu untuk melakukannya. Gadis yang beliau nikahi hanya satu orang saja (Aisyah). Sebagian istri beliau adalah janda-janda yang telah memiliki anak, seperti Ummu Salamah, Khodijah, yang lain adalah janda seperti Hafshah, Zainab, dll. Tujuan beliau menikahi ummahatul mukminin tersebut bukan untuk mencari kepuasan, kalau tujuannya mencari kepuasan pastilah beliau menikahi para gadis. Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan beliau menikahi banyak wanita agar sunnah-sunnah yang tidak tampak kecuali di rumah, bisa diriwayatkan secara utuh. Istri-istri beliau berperan dalam meriwayatkan sunnah-sunnah beliau saat di rumah dan para sahabat meriwayatkan sunnah-sunnah beliau ketika di luar rumah. Seandainya beliau hanya beristrikan empat wanita, dua, atau satu saj