أما استئجار الأرحام فإنه محرم وممنوع شرعًا، وقد صدر قرار مجمع البحوث الإسلامية رقم "1" بجلسته بتاريخ 29/ 3/ 2001م بتحريم تأجير الأرحام، وكذلك أجمع الفقهاء المعاصرون على حرمة ذلك حيث لا يمكن الجزم مع وجود الطرف الثالث بتحديد الأم الحقيقية لهذا الطفل: فهل الأحق به صاحبة البويضة التي تخلق منها الطفل وحمل كل خصائصها الوراثية، أو الأحق به الأم الحاضنة صاحبة الرحم الذي تم فيه نموه وتطوره وتبدله حتى صار جنينًا مكتملًا؟ وما يترتب على ذلك من خلل وتنازع كبيرين وهو خلاف مراد الشارع من انضباط الأمور واستقرار الأحوال ورفع التنازع أو حصره قدر الإمكان
Majma' al-Buhûts al-Islâmiyyah (Lembaga Riset dan Fatwa
al-Azhar) telah mengeluarkan keputusan nomor 1 tanggal 29 Maret 2001 yang
mengharamkan penyewaan rahim. Para ulama fikih kontemporer pun sepakat mengenai
keharamannya. Salah satu alasannya adalah karena tidak dapat dipastikan siapa
ibu yang sebenarnya bagi bayi itu disebabkan terdapat pihak ketiga (pemilik
rahim yang disewa). Sehingga timbul kerancuan tentang siapakah yang lebih
berhak menjadi ibu bayi itu; apakah wanita pemilik sel telur yang darinya tercipta
janin itu dan yang membawa seluruh sifat genitasnya, ataukah wanita yang di
dalam rahimnya seluruh proses perkembangan bayi itu berlangsung hingga menjadi
sosok yang sempurna?
Adanya perselisihan dan akibat negatif seperti ini bertentangan dengan tujuan
dan maksud syariat Islam. Karena di antara tujuan syariat adalah menciptakan
kestabilan, ketentraman dan menghilangkan pertikaian atau membatasinya pada
skala sekecil mungkin.
Referensi :
Fatwa Darul Ifta' Al Mishriyah, No.95 Tahun 2006
Comments
Post a Comment